Forensic hypnosis adalah penggunaan teknik hipnosis dalam konteks investigasi hukum atau penyelidikan kriminal. Teknik ini digunakan untuk membantu saksi atau korban mengingat detail yang mungkin terlupakan atau tertekan. Tujuannya adalah untuk mengungkap informasi yang relevan dalam penyelidikan kasus.
Beberapa aspek dari forensic hypnosis meliputi:
- Pemulihan Memori: Hypnosis dapat digunakan untuk membantu individu mengakses kembali memori yang mungkin terblokir atau tidak jelas.
- Teknik: Biasanya melibatkan induksi hipnosis untuk mencapai keadaan relaksasi dan fokus yang mendalam, di mana individu mungkin lebih mudah mengingat dan berbicara tentang kejadian yang terjadi.
- Validitas: Penggunaan forensic hypnosis harus dilakukan dengan hati-hati karena ada risiko bahwa memori yang dihasilkan bisa dipengaruhi atau tidak sepenuhnya akurat. Biasanya, informasi yang diperoleh melalui forensic hypnosis harus diverifikasi dengan bukti lain.
- Prosedur Hukum: Penggunaan forensic hypnosis dalam pengadilan bisa sangat kontroversial dan mungkin memerlukan persetujuan khusus atau prosedur hukum tertentu untuk diterima sebagai bukti.
Forensic hypnosis memerlukan keterampilan dan pelatihan khusus untuk memastikan teknik digunakan dengan etika dan efektivitas yang benar.
Berikut adalah prosedur yang disarankan untuk melaksanakan wawancara hipnosis forensik, berdasarkan pengalaman dan keputusan hukum relevan yang telah dibahas sebelumnya:
- Permintaan Hipnosis: Idealnya, rujukan untuk hipnosis forensik disampaikan secara tertulis. Namun, sering kali kontak awal dilakukan melalui telepon. Pada saat ini, ketersediaan profesional dapat dipastikan dan tujuan wawancara dijelaskan secara singkat. Catatan yang sesuai harus dibuat dan dipelihara sejak kontak pertama.
- Kualifikasi Hipnotis Forensik: Hipnotis forensik harus merupakan profesional kesehatan mental yang berkualifikasi, seperti psikolog klinis atau psikiater dengan pelatihan khusus dan pengalaman dalam hipnosis. Sebagian besar hipnosis forensik saat ini dilakukan oleh psikolog. Memiliki diploma khusus dari American Board of Psychological Hypnosis atau American Board of Medical Hypnosis sangat diinginkan, begitu juga dengan pengakuan profesional lainnya. Hipnotis harus mampu mengelola ekspresi emosional yang tidak semestinya, seperti katarsis. Kualifikasi ini menunjukkan kualifikasi profesional dan hukum dari hipnotis sebagai seorang ahli.
- Lokasi Wawancara: Lokasi wawancara sebaiknya di tempat netral, seperti kantor profesional. Dalam beberapa keadaan, fasilitas lain yang sesuai juga bisa digunakan. Perabotan, seperti kursi, harus nyaman, pencahayaan tidak boleh menyilaukan, dan tingkat kebisingan harus minimal.
- Kepentingan Pihak: Profesional yang melakukan hipnosis tidak boleh menjadi agen dari pihak penuntut, pembela, atau otoritas penyelidik, meskipun biaya layanan mungkin dibayar oleh salah satu pihak tersebut. Yang terpenting, profesional tersebut harus tidak memiliki kepentingan dalam hasil penyelidikan.
- Kehadiran di Ruang Wawancara: Idealnya hanya subjek dan hipnotis yang hadir di ruang wawancara saat hipnosis dilakukan. Namun, untuk alasan praktis, personel tambahan seperti petugas investigasi yang memiliki informasi latar belakang tentang peristiwa tersebut, teknisi kamera video, atau seniman polisi mungkin diperlukan. Dalam beberapa kasus, penasihat hukum subjek dapat hadir untuk melindungi hak klien. Agar tidak mengganggu, kamera video sebaiknya digunakan melalui layar satu arah, sehingga teknisi kamera tidak perlu hadir. Pihak-pihak lain dapat mengamati proses melalui layar satu arah atau monitor video di ruangan lain.
- Perekaman Wawancara: Seluruh wawancara dengan subjek harus direkam, sebaiknya dengan video, dan rekaman tersebut dapat disimpan di bawah pengawasan hipnotis untuk menjaga rantai bukti. Hipnotis dapat membuat catatan selama sesi, dan catatan ini harus dimasukkan ke dalam catatan kasus. Sebaiknya wawancara tidak dilakukan jika subjek lapar, lelah, atau perlu ke toilet. Pertanyaan sebelum hipnosis harus mengklarifikasi kemungkinan ini.
- Kesehatan Mental Subjek: Psikolog atau psikiater harus memastikan bahwa subjek memahami tujuan wawancara dan berada dalam kondisi mental yang baik. Orang yang tidak sehat secara hukum atau terlalu stres sebaiknya tidak dihipnosis, meskipun kecemasan situasional sering terjadi pada awal sesi. Ketidaknyamanan ini umumnya memudar seiring berjalannya wawancara. Subjek yang tidak mau juga tidak seharusnya dihipnosis sampai dan kecuali keragu-raguan mereka diatasi.
- Persetujuan Informasi: Subjek harus diminta untuk menandatangani persetujuan untuk prosedur berdasarkan persetujuan yang diinformasikan. Persetujuan ini juga harus mencatat bahwa laporan hasil wawancara akan dikomunikasikan kepada agen penegak hukum atau sumber rujukan yang sesuai. Dalam kasus anak di bawah umur, persetujuan dapat dilakukan oleh orang tua atau wali hukum. Mendapatkan persetujuan tidak dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa hipnosis adalah prosedur berbahaya, tetapi untuk memastikan bahwa subjek adalah peserta yang bersedia dan terinformasi.
- Pemahaman Subjek: Subjek harus diminta untuk memberikan pernyataan non-hipnotik tentang peristiwa yang dipertanyakan sebelum induksi hipnosis. Kemudian, ketika pernyataan pra-hipnotik dibandingkan dengan yang diperoleh dalam hipnosis, dapat ditentukan sejauh mana informasi yang diperoleh melalui hipnosis.
- Induksi Hipnosis dan Pelaksanaan: Setelah induksi hipnosis selesai, subjek diminta untuk memberikan kisah mereka tentang peristiwa yang sedang diselidiki. Berbagai teknik dapat digunakan, seperti yang telah dibahas sebelumnya dan diilustrasikan dalam beberapa kasus yang akan dibahas kemudian.
- Penggunaan Hipnosis: Hipnosis tidak boleh dilakukan sebagai prosedur rutin tetapi harus digunakan dalam kasus di mana prosedur investigasi tradisional telah dicoba sebelumnya.
Melaksanakan wawancara hipnosis forensik memerlukan perhatian khusus terhadap prosedur dan kualifikasi untuk memastikan integritas proses dan hasil yang sah.